Minggu, 23 April 2017

A Secret Diary



Beberapa hari terakhir rasanya mulai aneh. Ada rasa takut membuka diri kepada beberapa orang, takut membuat kesalahan yang tak dapat dihindarkan. Apakah salah? Sebenarnya tidak. Tapi, terus terang, rasanya takut. 

Aku bukanlah orang yang percaya diri. Aku masih hanyalah manusia biasa di antara kapasitas yang aku miliki. Tapi, kadang rasanya takut jika kapasitas itu malah ujung - ujungnya melukai orang lain. Sulit dijelaskan, tapi kadang aku tidak percaya diri ketika aku menjadi lebih baik daripada orang lain. Aku malah takut. Hanya dengan orang tertentu, aku berani bercerita tentang apa yang terjadi. Jika salah orang, salah paham tidak dapat dihindari. Aku tak ingin menjatuhkan orang lain dengan kelebihan itu, atau apapun omongan orang tentang itu. Kadang, aku masih merasa tidak mau peduli dengan ucapan orang lain. Yang ingin kulakukan hanyalah berjuang untuk hal yang aku sukai.

Kadang, saat ini, aku mulai berusaha berpikir apa yang terjadi tidak dapat dihindari. Tapi, aku tetap harus berjuang mengembangkan diri meskipun nantinya melukai orang lain. Tidak ada maksud seperti itu, tapi kadang itulah yang terjadi. Aku hanya bisa cerita ke orang yang tahu masa laluku. Yang lain, aku takut... Tak perlu tanya kenapa, tokh intinya, aku tak mau ada salah paham. 

Ini hanyalah sebuah curahan hati yang takut. Dari yang pernah merasa bersalah karena kelebihannya. Tapi, ia harus tetap menjaga passion dan bakatnya demi orang lain yang ada di sekitarnya. Walaupun, ia kadang masih takut untuk menunjukkan dirinya di depan orang lain.


Minggu, 16 April 2017

Dua Dunia Avera bag. 5






Avera sudah membuat keputusan bulat. Ia harus melepaskan Roy. Air matanya menetes karena ia terluka.

Roy yang menemaninya pulang saat itu jelas mengeluh dan marah.

"Avera, kumohon. Itu cuma bayangan saja. Dia tidak nyata. Apakah kau tidak mengerti perasaanku?"

"Roy, aku belum mengetahui masa laluku. Aku tak tahu aku ini siapa, orang tuaku siapa pun aku masih belum tahu. Aku tak bisa menemukan mereka."

"Avera..."

"Bagaimana jika aku adalah seorang pembunuh? Bagaimana jika aku adalah istri seseorang? Aku..."

"Dia tidak mencarimu, Avera. Sadarlah. Ini semua tidak benar."

"Tolong hormati keputusanku. Aku ingin tahu masa laluku sebelum ikatan itu terjalin. Aku hanya meminta kesabaranmu. Aku tidak meminta kita putus. Tapi tolong tunda pernikahan ini, tunda pertunangan kita. Ini demi kamu juga. Bukan cuma aku."

Roy pun mengangguk.

"Baiklah. Aku mengerti." Katanya. "Kamu akan sadar hal ini sia - sia saja. Tak akan ada yang aneh, kok. Kamu cuma terlalu khawatir."

"Roy, kumohon. Pahami aku."

"Baiklah." Kata Roy kesal.

Avera agak kesal dengan sikap Roy yang tampak tidak menghargainya. Kadang saat itu ia merasa Roy sangat ingin memilikinya dalam waktu dekat. Ia hanya berusaha memahami bahwa memang wajar jika Roy takut kehilangan dirinya.

Mereka pun tidak makan malam bersama seperti biasanya. Avera sebenarnya kesulitan tidur. Namun, akhirnya, ia melihat bayangan gelap menuju kepadanya dan membuatnya tersungkur. Ia kembali masuk ke dalam mimpinya.

"Avera." Kata Sadroz yang kembali menghampirinya.
"Kumohon, bukalah masa laluku. Jika benar kau suamiku, tunjukkanlah kebenaran itu. Kau seharusnya tahu aku harus melukai hati seseorang yang aku cintai karena kamu."
"Maaf." Kata Sadroz. "Sayang, Avera, kamu adalah istriku."

Bersambung.




Sabtu, 08 April 2017

Respecting Myself



These days are different than last year of my life. And I'm so grateful that it is much better than last year.

Membandingkan hari ini dan tahun lalu akhirnya menjadi isi kepalaku beberapa hari terakhir ini. Kenapa? It's been so long that I was stressed out. Membayangkan dulu pernah ngalamin yang namanya di tempat kerja lama, murid ditarik bos dan ga bisa dapat murid baru. Dan masuk ke tempat kerja baru dengan situasi berbanding terbalik. Well, yah beda jauh sih.

I was alone. But now I am not. I don't know how many times I have this smile and great passion. So, it was better than last year when he took away 8 - 10 of my students.
Time has passed, slowly but healing. And I think I chose the right decision for respecting myself and doing what I want to do. Last year, I was living in nightmare. My head was full with questions of not being respected by my exboss. Dan harus deh rasanya yang namanya kuat mental habis - habisan. Ya iyalah... Kita juga ga bisa dapat murid baru waktu itu. Tahu - tahu ketahuan deh bosnya ngeblok kita dapat murid baru. Hmmm... Makin kayak hidup dalam mimpi yang tampak ga masuk akal tapi kejadian.

Now, with this new place of job. I am so grateful that I chose to leave the nightmare. Somehow, I've been much happier. Paling tidak, walau income jadi pas - pasan, entah kenapa I'm much happier. Mungkin karena sudah lama banget ga sehappy itu, aku masih agak ga percaya kalau hari ini aku sebenarnya udah jauh lebih happy.

So, sometimes life has shown me to choose a risky path for my happiness. And I think I will really want to know about the future of me. A lot of things have been happening since I left my previous workplace. And I know the reason why I should have left.

Then, goodbye my past nightmare, and I hope I would find much other happiness in the future.


Sabtu, 01 April 2017

Dua Dunia Avera Bag. 4



Avera memang tidak bisa tenang saat bekerja. Ia tidak bisa duduk dalam waktu yang lama. Ia pasti setelah beberapa menit, kembali berdiri, berjalan, kadang tanpa arah. Diana yang melihatnya, mengajaknya bicara saat makan siang.

"Ada apa?" Tanya Diana.
"Aku... Mimpi itu... Menggangguku lagi, tapi aku sudah lihat orang itu. Aku rasa aku mengenalinya."
"Yakin?"
"Dia berbeda... Tapi, katanya dia suamiku."
"Suami? Yah, cuma mimpi, sih."

Avera terdiam. Ia mendadak tidak yakin kalau itu hanyalah mimpi.

"Bagaimana kalau bukan mimpi?"
"Maksudnya kamu yakin kalau itu bukan mimpi?"

Avera terdiam. Ia belum berani menjawab.
"Kamu tahu kan ingatanku belum pulih."
"Iya, sih. Padahal sudah hampir dua tahun. Kamu mungkin harus berdoa lagi atau pergi ke suatu tempat agar kamu bisa ingat sesuatu."
"Sudah kulakukan, tapi belum terjawab. Aku... "
"Kenapa?"
"Jika aku mempertahankan hubungan ini dengan Roy, aku... Mungkin aku sedang mengkhianati seseorang."
"Maksud kamu? Bukankah di kartu identitas, kamu single?"

Avera masih belum meyakini status singlenya. Ia curiga bahwa kartu identitasnya palsu atau dibuat sebelum ia menikah. Ia masih bisa mengingat jelas nama dan wajah Sadroz. 

"Aku tak tahu. Aku curiga itu salah. Berada di tempat itu bersama Sadroz, aku..."
"Sadroz siapa?"
"Pria yang mengaku menjadi suamiku."
"Oh, masih bisa ingat namanya. Hebat."
"Sudahlah, aku bingung. Mungkin aku harus break dulu sama Roy sampai semuanya jelas."
"Aku sih bilangnya terkesan terlalu panik, sih. Tapi, kalau saran dari aku, dengarkan kata hati kamu. Kalau harus putus dulu, ya sudah. Tapi, nanti kalau baikan lagi, harus sudah mantap."

Avera menatap mata Diana. Kadang, ia suka melupakan satu hal itu: mendengarkan kata hatinya. Ia selalu menuruti perintah dan saran dari orang lain.

"Ingat, ya. Kadang orang bisa salah. Jadi kamu yang harus menentukan sendiri, Avera. Tapi apapun keputusannya, jangan pernah menyesalinya. Aku percaya, kok sama Avera."

Avera pun tersenyum. Saat itu, ia tahu ia harus mengambil keputusan pahit, melepaskan Roy, walau hanya sementara sampai ia menemukan masa lalu yang hilang.



Rabu, 22 Maret 2017

Dua Dunia Avera Bag. 3



Avera terbangun. Ia menangis setelah terbangun dari mimpinya. Ia akhirnya menemukan siapa yang mengejae dirinya dalam mimpi anehnya. Mimpi itu begitu terasa nyata. Ia masih bisa mengingat jelas wajah Sadroz dalam mimpinya. Hanya saja bagaimana dengan Roy? Apa yang akan terjadi jika ia memutuskan untuk menunda pernikahannya karena masa lalu yang masih belum ia temukan?

Sesaat Avera menghentikan tangisannya. Ia harus fokus ke pekerjaannya. Ia tidak boleh memikirkan hal itu. Ia pun mempersiapkan dirinya sebelum berangkat kerja.

Roy pun datang menjemputnya. Ia sadar Avera lebih lambat daripada biasanya. 

"Avera, ada apa?"
"Aku... Tidak apa - apa. Aku ingin kita berdua... Bicara serius lagi..."
"Bicara serius? Apa maksud kamu?"
"Roy, kautahu aku kehilangan ingatan masa lalu aku. Aku... Takut kalau masa laluku akan merusak hubungan kita."
"Avera, kautahu aku tak pedulikan masa lalumu. Ada apakah?"
"Aku bermimpi kalau aku sudah menikahi orang lain, Roy. Kalau itu benar, aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri."
"Di tanda pengenalmu, kau belum menikah. Di sini kamu tinggal sendirian. Rasanya hampir tak mungkin kamu sudah menikah, Avera."
"Bagaimana kalau memang aku sudah menikah? Roy, I did see him in my dream."
"Kaukira bayangan hitam itulah yang jadi suamimu?"
"Semalam aku melihat wajahnya. Aku merasa kenal dan dekat dengannya."
"Terserah kamu, deh. Jangan bicarakan ini dulu. Kau tahu kita berdua sudah kenal cukup lama."
"Kau belum tahu masa laluku. Itu fakta, Roy."
"Baiklah. Kita bicarakan nanti. Aku rasa kau akan terlambat."

Mereka berdua sama sekali tidak membicarakan apapun selama perjalanan. Avera hanya mengucapkan selamat jalan yang hanya dibalas dengan anggukan dari Roy. Hati Avera terluka, begitu juga dengan hati Roy. Mereka berdua sadar bahwa kemungkinan mereka harus berpisah.

Namun, baik Avera dan Roy belum berani mengambil keputusan untuk berpisah. Bagaimana dengan Sadroz? Apakah ia nyata? Atau seperti mimpi yang lain, ia hanya mimpi yang menghantui setiap malam Avera?


Sabtu, 11 Maret 2017

My Different Nicknames



Sebenarnya aku sedang sibuk jadi lebih telat kirim blog ketimbang biasanya. Jadi admin grup Belajar Bahasa Inggris yang jumlah membernya full tidaklah mudah. Walaupun statusnya volunteer dan cukup mikir banyak, tokh paling tidak bisa membantu orang lain itu udah lebih dari cukup.

Namaku Vicynthia. Dengan berbagai panggilan, Thia, Cynthia, Vicyn, Vicy, dan mungkin ada yang lain. Banyak banget ya nama panggilan aku? Kadang aku merasa harus memperkenalkan diri dengan nama panggilan berbeda. Hanya saja perbedaan lingkungan dan perkenalan tentu membuat nama panggilan itu jadi bermacam - macam.

Thia adalah panggilanku di rumah dan keluarga. Orang yang berhubungan dengan keluarga aku memanggilku dengan sebutan Thia. Sekarang nama itu juga dipakai sebagai nama panggilan oleh teman - teman sesama korban investasi online ketika kami chatting bersama. Di Purwacaraka karena kaitannya juga dengan keluarga aku, maka nama itu lebih familiar.

Lalu, muncullah Vicyn. Entah dari siapa sebutan itu muncul ketika aku masuk SMA di Angela. Ujung - ujungnya nama itu jadi nempel banget sampai aku lulus kuliah. Banyak teman kuliah dan SMA yang mengenalku dengan panggilan tersebut.

Vicy itu adalah pemberian seorang teman Australia. Namanya Trish Geidel. Usianya seperti Mama. Kami berkenalan lewat medsos pecinta pohon, Tree Nation. Itu medsos, ya? Mirip Facebook. Cuma aku ga tahu sekarang sudah seperti apa. Aku sudah lama tidak aktif. Aku senang ketika mendapat pohon gratis darinya di Tree Nation. Bersama - sama kami membantu untuk menanam pohon di berbagai belahan dunia. Sayangnya terakhir aktif di sana, Asia sepertinya belum termasuk. Kami bersama - sama "memberikan" air untuk pohon. Saat airnya sudah cukup akan muncul "pohon" baru. Dari sanalah, aku dipanggil Vicy.

Cynthia adalah nama perkenalanku ketika aku menjadi guru piano di suatu tempat yang kutinggalkan. Salah seorang yang pernah bekerja di sana meng-hire aku dan membuatku dikenal dengan nama Cynthia di tempat saat ini.

Itu deh berbagai nama panggilan aku. Mungkin ada yang lain, sih...
Namaku memang beda. Aku lupa asal katanya apa. Yang pasti itu dari bahasa Pali atau Sansekerta (menurut beberapa orang). Artinya yang berilmupengetahuan. Nama yang cukup unik itu memang sulit dituliskan untuk beberapa orang yang tidak tahu. Masih banyak yang tertukar hurufnya.

Nah itu dia tentang namaku? Kalau kalian? Silakan komentar kalau mau cerita tentang nama kalian.


Selasa, 28 Februari 2017

Ucapan Selamat Jalan (Selamanya)



A few days ago, a lady, a great one, a fighter, passed away. I will give a post for her as an appreciation for what she had done.

Mutia Dharma itu salah satu penggerak musik klasik di Bandung. Aku dulu sering ketemu dia pas acara konser ketika dia jadi MC atau jadi event organizer. Aku juga pernah lihat dia main piano pas dia konser barengan.

Aku mungkin cuma orang biasa aja pas pertama kali ketemu dia. Mungkin pertama kali lihat, dulu kami tidak sampai saling menyapa satu sama lain.

Pertama kali, aku sama Kak Mutia ngobrol itu, pas aku lagi nunggu taksi habis nonton konser di GKI Anugrah. Kak Mutia waktu itu nawarin ke aku untuk ikut bareng sama dia. Paling tidak sampai perempatan Antapani.

Kami lumayan banyak mengobrol. Dia tanya kegiatan aku waktu itu. Waktu itu, aku masih mengajar di salah satu sekolah musik di Bandung. Ternyata, dia kenal sama mantan bos aku. Sebenarnya kedua mantan bos aku. Tapi aku lebih banyak cerita mantan bos yang kedua. Tapi, jangan salah, itu masih tidak sebanyak ketika kami bicara tentang teman - teman kami yang pernah ada di Paduan Suara UNPAR. Dunia musik Bandung memang kecil.

Aku juga daftar beberapa kegiatan yang diadakan Classicorp. Classicorp sendiri adalah organisasi yang dibuat dan dikerjakan oleh Kak Mutia. Musik, khususnya piano dan sedikit "padus" memang sudah jadi bagian hidup aku. Aku berjuang lumayan keras demi mengembangkan diri waktu itu. Rasanya ada beberapa event Classicorp yang aku ikuti.

Yang sebenarnya paling berarti buat aku ketika Kak Mutia memperkenalkan Harimada Kusuma kepada kita di Bandung. Aku masih termasuk newbie jadi yang sebelumnya mungkin masih terlewatkan oleh aku.

Dari masterclass itu, ujian lagunya aku mendapat skor cukup besar untuk dua lagu yang diuji. Terlepas dari fakta skor lagu yang satu lagi masih lebih tinggi. Tapi skor itu penyelamat aku untuk mendapat "Distinction". Kedua lagu tersebut aku mendapat 27 dari 30. Pujian deh untuk Kak Harimada atas bimbingannya.

Terakhir, aku bertemu dia ketika Sam Haywood datang ke Bandung. Kembali di rumah Pak Lendi, aku melihat beberapa teman mendapat masterclass aktif dari Sam Haywood.
I told him "I'm just watching." 
Yah aku lupa harus bicara apa sebagai passive participant waktu itu.



Ketika Kak Mutia datang, ia sudah memakai tongkat. Aku waktu itu belum tahu tentang sakitnya. Ketika aku mau membantu dia, aku ragu - ragu. Kadang, aku merasa harus membiarkan dia berjuang agar tubuhnya terlatih. Aku masih terlalu karena bingung harus berbuat apa. Apakah aku menyesali itu? Aku tidak bisa jelaskan. Itu sudah masa lalu. Aku waktu itu terlalu "polos" atau "lemot".

Hanya saja ketika Sam Haywood harus membantu dia berdiri, aku baru sadar dia sakit. Sekarang aku sadar kenapa status FB Kak Mutia terkesan penuh perjuangan.

Kak Mutia masih sempat mengutarakan keinginannya untuk bermain piano lagi. Aku masih ingat kalau aku juga memberikan komen agar dia semangat. Bahkan kalau aku dengar cerita di detik - detik terakhir hidupnya, ia masih tersenyum walau menahan sakit.

Kadang aku menyayangkan ketika itu orang tuaku tidak mengijinkan aku menengok dan juga akhirnya melayat. Well, kondisi aku juga lagi agak ngedrop sih.

Rasanya kalau melihat kilas balik apa yang Kak Mutia lakukan, aku merasa harus berterima kasih banyak sekali atas apa yang sudah dilakukannya. Aku juga berterima kasih karena beberapa temanku juga berkembang karena dirinya.

Hal yang mungkin akan sulit dilakukan adalah meneruskan perjuangan Kak Mutia. Semoga perjuangan itu bisa terus berlanjut di tangan teman - teman yang lain. Semoga Tuhan membantuku sehingga suatu saat aku bisa memberikan lebih.


Finally, Kak Mutia, thank you for everything. Be happy. I think you will be a better pianist there in heaven. You will not be hurt again. Farewell. Rest in Peace and Happiness.



Senin, 20 Februari 2017

Dua Dunia Avera Bag. 2



Avera masih menahan nafas. Sesaat, ia berusaha melawan segala rasa takut dan merinding yang ia miliki. Takut membuka mata, ia hanya berani menunduk.

"Avera, kau sudah lupa siapa aku?" Suara pria mulai berbicara.

"Aku tak mengenalimu. Ini semua gila... Jangan kejar aku lagi. Jangan datangi malamku lagi. Sudah cukup sampai di sini."

"Buka matamu. Seseram itukah aku, Avera? Kita sudah hidup bersama bertahun - tahun lamanya dan kaulupakan aku."

"Kau mengerikan."

Pria itu terdiam. Ia menatap Avera dengan pandangan lesu. Ia tahu ia senang memiliki waktu seperti itu lagi dengan Avera. Tapi, seakan harapannya sia - sia saja.

"Maafkan aku membuatmu takut."

"Siapa kau sebenarnya?"

"Kita sudah menikah bertahun - tahun lamanya dan kaulupakan aku. Para Dewa menghukum aku. Mereka menghukum aku dengan hukuman yang lebih parah dari kematianku."
Avera terdiam. Ia tambah bingung. Dalam hatinya, ia berkata kalau ini cuma mimpi. Setelah bangun, tidak akan ada lagi. Cuma mimpi, dan itu tidak nyata adanya.

Ia pun mengangkat wajahnya berhadapan dengan bayangan pengejar itu. Ia perlahan membuka matanya. Ia melihat sesosok yang sama seperti manusia lainnya. Yang membedakan hanyalah sepasang matanya yang berwarna ungu dan tubuh yang termasuk tinggi dibanding orang biasa. Ia mungkin sudah mencapai tinggi 2 meter. Ia tampan. Rambutnya berwarna biru. Tidak ada keriput sama sekali.

Nafas Avera tercekat. Seakan ada bayangan yang berusaha masuk ke otaknya namun ia tidak bisa ingat. Ia merasa pernah mengenali wajah itu. Hanya saja, ia lupa bagaimana.

"Siapa namamu?"

"Aku Sadroz." Jawab pria itu dengan pandangan memelas.

Ia sudah cukup menderita karena pertemuan yang sudah ia perjuangkan dan tidak membuahkan malah memberikan fakta pahit. Sang Istri tidak mengenalinya dan malah ketakutan menghadapinya. Ia kehilangan tatapan mata masih satang Avera yang dulu ia biasa terima dalam kesehariannya. Yang ia lihat saat ini hanyalah tatapan asing.

"Sadroz, aku... Aku bertunangan."

Avera gugup dan ia menunjukkan cincin pertunangannya. Lagipula, ia tidak merasa ini wajar. Ini masih cuma mimpi untuk Avera. Tapi, apakah benar itu cuma mimpi? Sesaat Avera mempertanyakan itu, sesaat nafasnya yang tercekat membuat ia ingin menghabiskan waktu dengan Sadroz. Hanya saja, ia tidak mengerti kenapa. Sadroz memang jauh lebih tampan dari Roy. Tapi, ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.
Sadroz sendiri hanya terdiam dalam luka hatinya. Ia tidak berani bicara. Hanya bisa memandang Avera dengan lesu.

"Hukuman ini... Dewata, ambillah jiwaku. Aku tak mau hidup lagi." Kata Sadroz waktu itu dalam keputusasaan.

Avera terdiam. Ia merasa dirinya pun tanpa daya. Semua tampak nyata saat itu. Ia belum terbangun. Namun, rasa simpatinya terhadap Sadroz membuat ia mengeluarkan kata - kata yang mungkin ia akan sesalkan.

"Jika aku memang istrimu, jangan mudah menyerah mendapatkan aku kembali." Kata Avera.
Sadroz terdiam. Ia menatap Avera. Cahaya itu muncul kembali di matanya. Seberkas cahaya harapan. Ia tampak bahagia dan lega.

Avera pun sadar akan kata - katanya. Ia mulai bertanya bagaimana jika itu bukan mimpi.

Segalanya akan kacau dan gila. Tapi, ia tidak dapat melawan perasaannya saat itu. Ia tidak menyesal mengatakan itu. Ia sendiri juga tidak tahu apakah ucapannya karena rasa simpati atau...

Avera pun menghentikan pikirannya sendiri saat itu. Ia tidak ingin berpikiran terlalu jauh.
"Aku harus pergi." Kata Avera menatap lubang cahaya yang sekali membangunkan dia.
Sadroz hanya mengangguk.
"Kutemui kau lagi. Nanti..." Kata Sadroz. "Aku akan berjuang mengembalikan cinta kita dan ingatanmu. Maaf."

Avera tersenyum pahit. Hatinya terluka. Jika benar pria itu adalah suaminya, bagaimana dengan Roy? Ia tak mau membagi cinta. Luka lama ketika Roy sempat menduakan dirinya muncul kembali. Sebelum itu, ia sudah lupa. Dan kesadaran Avera akan masa lalu yang hilang darinya pun muncul.

Ia terdiam dan mengangguk. Air matanya menetes perlahan tanpa sebab jelas. Yang ia tahu, ia Ingin menangis. Masa lalu hilang berarti ada yang tidak beres. Ia baru menyadarinya saat itu. Ia hanya bisa berpikir "Apa boleh buat."

Ia terbangun tanpa rasa takut yang biasa ia alami. Ia ingat jelas semua yang terjadi di mimpinya. Ia hanya menarik nafas dalam.
"Cuma mimpi, kan? Kenapa begini?"


Bersambung.


Jumat, 17 Februari 2017

Dua Dunia Avera Bag. 1



Avera terbangun lagi dari mimpinya. Ia sadar ia gelisah. Detak jantungnya begitu cepat. Tubuhnya masih merinding ketakutan.

"Ayolah, Avera. Cuma mimpi buruk." Kata Avera dalam hati.

Ia pun keluar kamar untuk menenangkan dirinya. Sesaat, karena sendirian, ia pun berusaha kembali mengingat apa yang ia mimpikan.

Dalam mimpinya, ia dikejar sesuatu bayangan gelap. Bayangan gelap itu seakan ingin membunuhnya. Ia hanya berlari ketakutan. Ia terbangun ketika ia masuk ke dalam sebuah lubang cahaya.

Paginya, Roy, tunangan Avera menjemputnya dari rumah. Sudah jadi kebiasaan sehari - hari Roy mengantar Sang Kekasih ke kantornya. Begitu juga saat Avera pulang dari tempat kerja, ia pergi ke kantor Avera, makan malam bersama jika sempat.

"Roy, aku takut. Semalam aku bermimpi hal yang sama lagi. Aku dikejar."
"Sudahkah kau berdoa sebelumnya?" Tanya Roy sambil menyetir.
"Sudah... Aku sering merasa bersalah setelah mimpi. Aku takut ada kesalahan yang belum dimaafkan. Masalahnya aku tidak tahu oleh siapa, atau dengan siapa."

Roy terdiam. Dalam hatinya, ia tahu Avera sebenarnya menderita karena hal tersebut. Jika hampir dalam setiap harinya, Avera memimpikan hal yang sama, dan itu membuatnya ketakutan, sudah jelas itu tidak sehat.

"Anggaplah tidak ada apa - apa. Jangan terlalu memikirkannya lagi. Kita harus fokus pada pernikahan kita." Kata Roy.

Avera meraih tangan Roy. Roy pun tersenyum. Mereka pun sampai di kantor tempat Avera bekerja. Roy pun membelai pipi kekasihnya sebelum Avera keluar mobil. Avera membalasnya dengan senyuman. Sesaat ia berharap mimpinya akan segera hilang setelah ia menikah nanti. Jika mimpi itu tetap ada, mimpi itu hanya akan menghancurkan kehidupan mereka.

Avera menahan tangis membayangkan bahwa Roy akan meninggalkannya setelah mereka menikah karena sebuah mimpi buruk berulang. Ia takut walaupun ia berharap cinta Roy cukup kuat menahan "cobaan" itu.

Avera pun makan bersama dengan sahabat baiknya saat istirahat. Ia menceritakan kegelisahannya karena mimpi buruk yang menghantui tidurnya.
"Kau sudah coba ke psikiater untuk menanyakan itu? Atau apa kek yang belum kamu coba." Kata Diana di selang waktu makan bersama.
"Belum. Aku takut dianggap gila. Siapa lagi sih orang yang pernah kayak gini?"
"Pasti ada kok. Nih aku google dulu deh." Kata Diana.
Diana pun mencari tahu soal itu.
"Ini katanya mimpi berulang itu ga cuma kamu yang ngalamin. Ada banyak yang lain. Katanya ada hubungannya sama alam bawah sadar."
"Nah, itu dia. Selama ini, aku ga ngerasa punya seseorang yang aku takuti atau benci. Kenapa di mimpi aku jadi takut setengah mati?"
"Pernah baca?"
"Pernah cari tahu. Roy juga bilang gitu, sih. Tapi ya aku berusaha ga mikir macam - macam juga. Mimpinya masih ada, kok."
"Ya sudah, coba capek dulu sebelum tidur. Mungkin ngebantu. Atau denger musik relaksasi deh."
"OK. Nanti aku coba deh. Thanks."

Setelah kerja selesai, Roy menjemput Avera dan Avera menceritakan idenya untuk mendengar musik relaksasi sebelum tidur. Roy pun mengiyakan karena ia juga tidak tahu cara apa lagi yang bisa dilakukan.

Setelah makan malam selesai, Avera pun mendengarkan musik sambil bermeditasi untuk menenangkan pikirannya. Ia fokus terhadap bayangan yang indah. Setelah itu, ia pun beristirahat. Ia masih memasang lagu relaksasi yang menemaninya tidur.

Namun, bagaimanapun, mimpi itu kembali terulang.

"Avera!!!" Teriak bayangan itu.

Avera tetap berlari. Namun saat itu, ia sadar dalam mimpinya bahwa ia harus berubah. Ia tidak berlari dan membiarkan bayangan itu sayang kepadanya.

"Sudah cukup. Aku mohon sudah cukup. Jangan kejar aku lagi. Sekarang aku disini. Selesaikanlah masalah kita. Aku tak tahu kenapa kau selalu mengejarku."

Bayangan itu pun melambat bergerak mendekatinya. Avera menarik nafas yang dalam walau ia takut. Jantungnya berdegup cepat dan keras. Ia ingin kembali lari tapi ia berusaha bertahan dalam ketakutannya. Ia mengumpulkan segenap keberaniannya untuk tetap diam. Sambil menutup mata, ia terus berdoa, memohon agar dirinya baik - baik saja.

Bersambung.

Rabu, 08 Februari 2017

Ketika Memaafkan Menjadi Sulit



Well, aku sebenarnya pernah posting tema ini sebelumnya di sini dan sudah kutambahin lagi, tapi ide lain tentang "maaf" muncul. Di postingan aku sebelumnya, ada sedikit cerita bahwa aku masih belum bisa memaafkan 100%. Aku akan jujur kalau menjalaninya memang tidak semudah itu walaupun aku bukanlah orang yang tampak pemarah atau bossy.

So, kali ini aku mau share tentang cara memaafkan bagi yang sulit memaafkan. Aku tahu buat aku ini bukan hal yang gampang. Bekas luka itu masih membekas, sampai aku berdoa agar Tuhan membantuku memaafkan dia. Tapi, tiap kali ingat masa lalu tentang apa yang terjadi, aku masih merasakan irisan itu. Masih nyesek walau syukurlah bisa cepat hilang.

1. Coba ubah sudut pandang
Bagaimana jika teman pembaca yang menjadi orang yang belum bisa dimaafkan. Jika Anda berada di dalam posisinya, apakah Anda akan melakukan hal yang ia lakukan? Terkadang seseorang melukai perasaan Anda karena sesuatu telah terjadi pada diri mereka sebelumnya. Jika Anda tidak akan melakukan hal tersebut, jika berhadapan dengan kondisi tersebut, usahakan jangan jadi "over thinking". Maksudnya adalah jangan biarkan situasi itu menghantui pikiran Anda. Life must go on. Walau dialah penyebab hambatan dalam kehidupan Anda, hidup harus tetap berlanjut.

2. Ingat segala kebaikan dari orang itu
Nila setitik, rusak susu sebelanga. Mungkin itu juga cocok untuk dipakai ketika seseorang melukai perasaan kita. Segala kebaikan atau hal positif yang ia berikan kepada kita bisa menjadi hangus karena kesalahan yang ia buat. Nah, kalau sudah begitu, cobalah melihat kebaikan yang ia lakukan. Jadi, setiap teman pembaca teringat akan kesalahan itu, alihkan ke sisi positifnya dia. Sisi positif dirinya yang benar - benar Anda sukai deh. Kalau masih sulit, alihkan pikiran kita ke hal lain. Misalnya hal apa yang mau dikerjakan, atau lakukan hobi.

3. Tulislah segala perasaanmu di kertas atau diary
Jika memang masih suka kepikiran, tulis saja di kertas atau diary. Teman pembaca bisa mengeluarkan segalanya lewat tulisan segala keluh kesah tentang dirinya. Tidak akan ada yang mendengarkan jadi buang saja semua kemarahan itu lewat tulisan. Kalau misalnya lebih suka lewat gambar atau mungkin musik, lakukan saja.

Aku pernah main satu lagu dulu dan kemarahan itu ketumpah lewat aku main piano. Aku yakin dia waktu itu denger dan tahu aku marah. Udah ga bisa ketahan soalnya. Pernah juga ada murid yang denger dan "ngetawain" sambil pura - pura nangis. Yah... Lagu yang sedih dimainkan pas lagi sakit hati. Yang denger tahu kalau lagunya sedih... Pujian deh... Tanda aku berhasil main piano dengan baik... Walau sebenarnya kesel karena murid ditarik sama bos waktu itu tanpa ada kesepakatan sebelumnya. (Udah itu ga boleh nerima murid baru).

Duh, malah jadi kebawa marah sama dia lagi nih...
Well, kalau udah keluar semuanya, ga apa - apa kok kalau masih marah atau nangis. Wajar. Boleh kok kalau mau simpan catatannya. Boleh juga dibuang. Kalau misalnya setelah melakukan ini, teman pembaca menjadi lega, dan puas berarti paling tidak hal ini membantu. Marah yang ditahan dan disimpan tidak baik untuk kesehatan.

4. Memaafkan tidak berarti harus bertemu dan berbaikan
Well, kalau kasus aku dan mantan bos aku memang keputusan untuk tidak saling berkomunikasi lagi adalah keputusan yang aku ambil. Kami berdua memang tidak pernah saling mengontak satu sama lain setelah pertengkaran hebat kami. Kenapa aku memilih keputusan itu? Aku akan akui kalau itu saran dari beberapa orang. Selain itu, aku tak mau langkah aku tersendat karena fokus sama hal seperti aku mau memaafkan dia jadi bla bla bla... It also means that I love myself. Ini adalah untuk menghargai diri sendiri. Yang penting sebenarnya adalah bagaimana kita melanjutkan hidup. Anda bisa takut, malas, atau apapun alasan lain yang membuat Anda tidak ingin melihat atau bisa bertemu dengannya. Itu wajar. Yang penting bagaimana Anda bisa melangkah dengan hati yang ceria tanpa simpan marah atau dendam kepadanya.

5. Time will heal
Waktu akan menyembuhkan luka yang ia berikan. Lama - kelamaan, rasa sakit itu akan berkurang dengan sendirinya. Tapi, selama Anda bisa mengalihkan pikiran Anda tentang dirinya ke arah lain. Don't spend your time to rebuild your anger. Your anger will punish you. Kau mungkin akan kehilangan banyak hal karena simpanan marah.

Akan muncul banyak kegiatan, moment, event, yang akan muncul dan pastinya bisa memberikan pengalaman hidup baru. Munculnya kumpulan moment tersebut pada akhirnya bisa mengurangi luka yang ada perlahan - lahan. Biarkan saja waktu berjalan. Setelah beberapa waktu, ketika Anda bertemu lagi dengannya, segala perasaan marah itu bisa berubah.

6. Berdamai dengan bertemu kembali
Ini bukanlah keputusan yang aku sambil untuk kasus aku dan mantan bos. Aku memberikan saran ini untuk orang - orang yang punya hubungan atau ikatan kuat dengan orang yang dmharus dimaafkannya. Bisa saja dia masih punya hubungan darah, atau sahabat dekat dari kecil. Masih banyak orang yang aku rasa pasti akan bertemu kembali dengan orang yang menyakiti dia. Jadi untuk hal yang ini, siapapun yang akan memulai hubungan baik kembali, sapalah dengan senyuman (walau terpaksa saat itu) atau balaslah sapaan dengan senyuman. Walau mungkin masih canggung, paling tidak akan membantu melegakan perasaan diri sendiri bahwa mungkin masalahnya tidak seberat itu.

Anda juga bisa berinisiatif memulai pembicaraan tentang apa yang melukai diri Anda. Saat itu, Anda harus bisa menjaga emosi Anda dan bersikap menyantai. Mulai dengan sedikit cerita (jangan ceritakan pandangan Anda dulu, dan bagaimana Anda merasa terluka). Mungkin hasilnya, dia akan menceritakan situasi dirinya dan juga alasan mengapa ia "melukai" Anda. Dengan mengetahui hal tersebut, bukan tidak mungkin akan mudah bagi Anda untuk memaafkan dirinya. Tetapi, jika ia membalas dengan amarah, jangan terpancing emosi. Biarkan dia bicara agar jelas permasalahannya. Kalau Anda merasa ada hal yang terkesan janggal, ya sudah, Anda sebaiknya memutuskan hubungan tersebut. Beri dia pengertian bahwa kalian sudah berbeda pendapat. Anda boleh menjelaskan situasi Anda setelah apa yang ia lakukan. Jika sudah tidak mungkin untuk menyelesaikan masalah, kalau aku akan lebih suka melepaskan saja. Aku tidak mau memikirkannya lagi. Intinya itu. Paling tidak Anda jadi belajar sesuatu tentang dirinya. Ingat untuk tetap berkepala dingin saat membicarakan masalah dengannya. Kalau sulit, bawalah teman yang bisa jadi perantara.

7. Cintailah diri sendiri
Sebenarnya hal yang saya sebutkan di atas, fokusnya adalah ini. Kita harus mencintai diri kita sendiri. Tanpa maaf itu artinya kita melukai diri kita sendiri. Karena kita membawa perasaan itu dalam hidup kita. Kita malah lupa untuk berbahagia. Karena itu, janganlah menyimpan dendam berlarut - larut.

Ada kalanya ketika kita memang mau berdamai, tapi ujung - ujungnya dilukai lagi. Memaafkan dia sudah sulit, sekarang setelah berdamai dan berteman sama dia lagi, kok masih bikin luka, ya? Inilah saatnya ketika kita membuat batas dengan orang itu. Itulah yang aku putuskan untuk kasus aku dengan mantan bos aku. Walaupun sebenarnya, aku dan dia sama - sama plegmatis, ya. 
Kami berdua terlalu berusaha menghindari konflik sampai ketika n segalanya kacau balau dan merugikan kami sendiri. Don't let that toxic person ruin your life. Aku rasa aku sudah jadi toxic untuk mantan bos aku seperti dia menjadi toxic person untuk aku waktu itu. Tapi, karena itu aku menemukan tempat kerja dengan mental yang lebih baik (jauh) dan aku tahu aku hanya perlu bersabar ketika jumlah pendapatan turun drastis karena harus start over. (Waktu itu, mantan bos mau tarik murid bawahannya lagi so we fought so hard).

Well, forgiving someone may be hard. But don't let unforgiving ruin your life. Alihkan pikiran ketika kau terbayang kembali tentang masa yang menyakitkan itu. Buatlah dirimu berbahagia. Jadilah berarti untuk orang lain. Dan jangan lupa belajar dari kejadian di mana dirimu terluka.




Sabtu, 28 Januari 2017

Aduh, Ketipu Invest Online... Sebuah Cerita




Percaya ga percaya, aku masih bersyukur mengalami kejadian ini.

Jumat malam tanggal 20 January 2017 (kalau ga salah) atau tanggal 19nya, aku diinvite oleh seorang perempuan, Facebook friend yang aku ga kenal, untuk gabung ke grupnya di Join Invest.
Aku pun gabung. Aku emang lagi cari pendapatan tambahan gara - gara jumlah murid turun drastis dan aku tak mau cari murid rumah yang memang tidak bisa stabil, entah itu soal jadwal dan kondisi rumah. Di satu sisi, tempat aku kerja kurang berkembang secara jumlah murid.
Waktu itu sebenernya aku antara percaya dan ga percaya ketika melihat bahwa uang yang diinvest itu dikembalikan beserta dengan bunganya. Misalnya nih, kita invest Rp. 100.000,00, uang akan kembali ke kita Rp. 125.000,00. Cepat, kok. Hanya sehari atau dia hari. Ada bukti transfer ke anggota pula. Plus bunganya. Sesaat aku pikir itu cuma modus, tapi kalau bener, aku butuh.
h
Aku banyak hapus demi menjaga rahasia saat ini.


Lalu, dia pun membuka satu investasi baru. Dia mau jualan perhiasan ceritanya. Terus butuh modal usaha. 1 slot harganya Rp. 100.000,00. Akhirnya aku pikir - pikir antara percaya ga percaya. Ada bukti transfer dari orang itu, lho. Sayang aku ga screenshot. Katanya bakal cair Rp. 120.000,00 per slotnya di hari Minggu. Karena sebelumnya udah ada bukti, aku percaya aja. Sabtu pagi aku mutusin transfer. Tadinya aku hampir ganti pesanan dari 2 slot jadi 5 slot. Tapi, aku mendadak ketakutan. Percaya deh, aku doa dulu sebelum transfer. Akhirnya kembali jadi 2 slot. Jadi aku transfer ke dia sebesar Rp. 200.000,00. Lalu aku inform ke dianya. Dia salah tulis nama aku. Jadi aku kira belum kedaftar padahal udah transfer.

Sabtu sore atau menjelang malam, aku mulai nunggu response dari yang katanya bakal dibalikin di hari tersebut. Sayang aku cuma ingat kalau foto yang terakhir dia pasang di grup itu foto dia bareng supplier. Setelah itu, aku mungkin keasyikan yang lain, main game kayaknya sampai subuh. Aku bingung pas ngecek grup, post yang dulu - dulu ga bisa dikomen... Waduh, gawat... Pos di atas itu aku usaha komen ga bisa, error. Aku lacak akun admin grup udah ga ada... Ga aman deh... Lalu, aku langsung bikin pos di sana dan bikin group chat dengan anggota para member grup.

Akhirnya kita berkumpul, mempertanyakan nasib uang kita. Beberapa di antara kita ada yang bayarnya di atas Rp. 1.000.000,00. Setelah dihitung total, orang itu berhasil mendapatkan hampir Rp 10.000.000,00 dari kami. Aku mungkin orang yang paling tenang dari semua. Tapi, tetap saja pagi - pagi, gara - gara itu, aku belum tidur, telepon BNI Call Center, untung diangkat pas hari Minggu jam 6 pagi pula. Aku lapor ke BNI bahwa aku tertipu bisnis investasi online oleh salah satu nasabah BNI yang berinisial IFY. Kami berdua memang nasabah BNI. Katanya aku harus bikin laporan ke polisi dulu dan ke BNI untuk blokir akun.

Saat aku mau pergi ke Polsek di Buahbatu, aku baca di group chat kalau kita para korban mau ngambil cara kekeluargaan. Jadi aku batal lapor ke polsek. Di sana juga ada cerita salah satu member yang tinggal dekat dengan tempat tinggal pemilik rekening, pergi ke rumahnya. Orang ini pun cerita kalau pemilik buku tabungan kebingungan. KTP dan ATMnya sudah hilang selama sebulan. Tapi, aku bingung karena cerita awal polisi tidak peduli sama laporan kehilangan dia, dan yang kedua ia tidak lapor sama polisi. Satu hal lain lagi, orang yang mengunjungi rumah pemilik rekening dari sebelum bertemu seakan memaksa kita untuk berpikir kalau itu ada orang yang pake identitas orang lain untuk nipu. Rasanya aneh, tapi kita ga berani bicara. Hanya bingung kenapa orang ini selalu membela pemilik rekening yang mengambil uang kami (dia tidak jadi korban karena dia bilang dia hanya nyimak). Bukankah harusnya dia mengerti kondisi kita sebagai korban? Kok dia selalu membela pemilik rekening yang ceroboh ga lapor polisi pas hilang dompet? 

Akhirnya denger curhatan para korban. Ada satu yang butuh untuk persediaan akhir bulan, yang lain harus balikin ke temennya karena pinjam uang, ada yang anaknya dirawat di rumah sakit. Anaknya yang satu sakit, tapi tahu - tahu tiga anaknya sakit semua. Gara - gara dengan ceritanya mereka, ya udah aku yang terakhir dibalikin juga ga apa - apa. Ga besar dibandingkan dengan yang lain juga kok.

Lalu, sehari kemudian, ketika pagi hari, si penyimak yang jadi member tapi tidak jadi korban mengakui kalau sebenarnya dia dalang dari semua itu. Dia meminjam identitas pemilik rekening untuk menipu kami. Katanya bapaknya sedang sakit. Dia mengakui nama aslinya, asal daerah, dan tempat bekerja.

Tiap hari beneran rasanya pasti ada yang pingin uangnya segera kembali. Itu wajar, kok. Apalagi kalau jumlahnya besar. Aku sih jadwal memang lumayan kosong, makanya mau kuisi sama menulis. Siapa tahu suatu saat bisa jadi penghasilan lagi. Pekerjaan aku soalnya freelancer guru musik. 

Tapi, ada saat di mana aku harus menjadi orang yang sangat bijak saat menghadapi situasi kayak gini. Semua orang adalah korban, termasuk pelakunya. Aku belajar menjadi empati dengan si pelakunya karena aku pun harus begitu saat aku menuliskan tentang tokoh antagonis dalam novel yang aku buat. Tokh, kalau si pelakunya didoakan jadi sial, nanti kita juga rugi, ga bisa dapat uang kita kembali.

Ada kerja sama yang baik antara member. Aku juga inget harus menjangkau semua korban, termasuk pelaku. Akhirnya keputusan mengirimkan nomor kontak Tzu Chi Jawa Timur ke pelaku adalah keputusan yang aku rasa terbaik. Tzu Chi adalah satu LSM yang aku percaya bisa membantu banyak orang yang membutuhkan. Harapan aku cuma kalau dia coba dan kalau dia jujur. Paling tidak dia sudah mengaku. Paling tidak, ia punya itikad baik untuk mengembalikan.

Dari kejadian ini, aku belajar satu hal yang dulu sempet aku pikir hilang. Aku dulu sempat bertanya sama diri sendiri kenapa ya susah jadi tulus? I was hurt that time by someone I cared. Kejadian ditipu invest online ini mengembalikan perasaan empati yang sempat hilang karena terluka waktu itu. Aku mikirin banyak orang gara - gara ini. Hampir lupa sama diri sendiri, tapi untungnya tidak lupa sama kondisi sendiri lagi.

Semoga aku bisa jadi lebih baik hatinya lagi. Begitu juga para korban dan pelaku. Pelaku juga korban kok... Semoga dia diberi kelancaran sehingga niat baiknya tercapai dan kami semua kembali mendapat hal kami. Paling tidak, sudah ada beberapa korban yang mendapat uang mereka kembali walau hanya dicicil. 

Mendoakan yang baik untuk orang yang bersalah kepada kita akan membantu kita memaafkan dan bukan tidak mungkin mendapat kebaikan. Kebaikan ini tidak hanya dari pihak yang bersalah, tapi juga orang lain, dan terutama dari Tuhan. Belajarlah untuk tidak menyumpahi orang yang salah kepada kita, tapi belajarlah berempati kepada mereka. Memang tidak mudah memaafkan saat kita terluka, tapi cobalah.

Dari setiap kejadian, ada hikmah tersembunyi di dalamnya. Itulah yang harus kita temukan secepatnya dalam menjalani hidup.

Rabu, 25 Januari 2017

Jakarta dan Aku



Aku lahir di Jakarta. Tapi, lebih dari separuh hidupku, aku berikan untuk tempat - tempat lain. Jakarta bagiku hanya tempat singgah ketika aku ingin berkumpul bersama keluarga besarku.

Apakah aku mencintai Jakarta? Tidak terlalu, tapi aku menghargai Jakarta. Bagaimanapun tidak sukanya aku terhadap kondisi Jakarta, itu tetap tempat aku lahir.
Jakarta memang penuh kemacetan, panas, dan airnya kurang bersih. Aku bukan orang yang senang hidup dengan gaya hidup Jakarta. Aku lebih suka menyantai di tempat yang tenang, daripada membayangkan harus hidup dengan kesibukan Jakarta.
Jakarta membuat aku tertekan. Aku akan akui itu. Terlalu banyak rasanya tuntutan ketika aku bekerja di sana. Entah dari para pelanggan tempat aku kerja, keluarga sendiri, dan saat itu aku memang bekerja bukan untuk passion aku.

Apakah ada sesuatu tentang Jakarta yang bisa aku hargai? Ada dan sederhana...
Kembali menjadi apa adanya aku, tanpa tuntutan...

Jakarta adalah tempat tinggal orang yang aku sayangi, nenekku atau kupanggil dengan Ema. Dulu, ada Engkong, tapi sudah meninggal bulan Desember. Sedih rasanya karena terakhir ketemu bulan Agustus akhir, awal September ada firasat itu hari terakhir. Cuma waktu itu aku ga peduli. Di rumah tempat ia tinggallah, kamu semua berkumpul dengan yang lain. Keluarga adalah rumah, tempat kami berkumpul, apapun alasannya.

Hal lain yang aku suka dari Jakarta adalah makanan khas Jakarta. Ketoprak dan rujak Shanghai Glodok adalah makanan favoritku. Susah mencari rujak shanghai di tempat lain. Aku suka campuran kangkung, ubur - ubur, ebi dan saus asam manisnya. Ketoprak tentu lebih familiar. Bihun dengan saus kacang, ditambah mentimun dan kadang ada tauge. Aku lebih suka kalau saus kacangnya diberi bumbu bawang putih bubuk atau bawang putih yang diulek dengan saus kacang.

Aku masih menghargai kebudayaan Betawi seperti Ondel- Ondel. Sayang, aku belum pernah menontonnya. Aku hanya pernah menyanyikan lagu Ondel - Ondel dengan teman - teman di paduan suara. Aku pun masih penasaran dengan Kota Tua. Aku hanya ke sana sekali. Cuma bisa inget dibonceng naik sepeda dan berkeliling. Aku sudah lupa persisnya seperti apa.

By the way, aku bukanlah tipikal orang yang senang terlalu banyak ke mall. Belakangan ini aku sadar, rasanya "It's not me." Walaupun sebenarnya aku merasa Jakarta sekarang identik dengan mall - mall besar. Aku bukan tipikal orang yang senang dengan gaya hidup seperti itu. Buat aku saat ini, itu terkesan hanya untuk menghibur diri sendiri, sesaat, dan tidak memberikan manfaat untukku. Well, tapi tidak semua berpikiran begitu, ya. Ada orang yang kerja dengan penuh dengan tekanan, sehingga ia harus memilih gaya hidup yang "tampak boros" untuk menenangkan tekanan kerjanya atau dalam berhubungan sosial. Aku merasa gaya hidup seperti itu bukanlah untukku. Biasanya aku akan merasa tidak nyaman kalau terlalu banyak seperti itu.

Bagaimanapun Jakarta dan apapun yang akan terjadi di sana, ia tetap kampung halamanku. Oleh karena itu, aku masih menghargainya dengan segala kekurangan yang ada pada dirinya.


Kamis, 19 Januari 2017

Once I Fell



I know I fell. Now, I'm falling because of leaving my past job. I disagreed with my boss and everything that happened during working there was giving me hell. It wasn't easy living and realizing that I became someone I didn't want to be when I was there.

Yah... Dulu gampang banget aku marah, gampang banget tersinggung. Aku tertekan secara mental karena tidak merasa dihargai. That's why I was preparing to leave after being hired by another school music. Was it easy? No, I think it's harder and I have to find another job but I don't want to leave this job. Am I struggling? Yes. But, mentally I am healthier than I was. It's easy for to forgive. I had been treated bad before and then I became stronger.

So, although it is harder than before, I start to think the positive things I have right now. I'm still teaching piano. I still have some students. Well, and I'm still lucky enough to find beautiful and wonderful moments.

Being grateful is the thing I missed some months ago. I couldn't remember that I'm still blessed by having job with good income although mentally I fell. Because I know there are.some people who needs job. Am I regretting about leaving it? Sometimes yes but not much. There are things I still can do and I have time to do it now. Still, I pray that I don't have to do that but somehow I start to like it. But, I wish God would bless me about it. There was a novel I want to publish. But, I haven't finished it as a novel. I just finished it as a short story. Now perhaps, I have time to do that and not only focus in my current job.

Sometimes, I hate myself because the only thing popped into my mind is about me. I just want to share anything else. About music? It's still not in my mind in a complete article. Others? Well, I want to be sure that everything I share will be good for others.

But I do want to tell others to keep that grateful heart within bad times. We can't change our past. It's OK to regret but don't let it make your fall. Try to find many ways. I still try to find the right one for me. Don't forget to pray. It will help you one day.

PS. One of my weakness is if I write about what is in my heart, I will use English. Maaf, ya. Ini kekurangan aku. Entah kenapa jadi kayak gitu. Les Bahasa Inggris aja ga pernah... Bahkan cerita yang pingin kupublish itu pake bahasa Inggris dulu. Berabe sih... Jadi lebih suka ulang dengan berbagai hal baru yang dipelajari. N maaf kalau bahasa Inggrisnya tidak sempurna. Ga pernah les TOEFL atau sejenisnya.


Minggu, 15 Januari 2017

Forgiving Someone

Aku sebenarnya mudah memaafkan orang... Dulu aku pikir seperti itu... Tapi, suatu saat ketika ada orang yang membuat aku marah dan trauma, itu jadi berbeda. Memaafkan ternyata tidak semudah itu, ya? Padahal aku masih teringat betapa polosnya aku dulu ketika ada acara bedah buku dengan Tzu Chi dan membahas bahwa ketika kita memaafkan, kita membantu diri kita sendiri. Semua itu seakan tidak berpengaruh lagi. Tapi, aku ternyata salah...

Aku dulu pernah bekerja bareng dengan seorang bapak tua. Anggap usianya 50 tahun. Dia bekerja sebagai front office. Tampak aneh? Well, aku tahu seperti apa bosku waktu itu, so aku mengerti kenapa dia pun menjadi salah satu dari orang yang aku sulit maafkan. Aku dulu tidak berpikir macam - macam sampai suatu hari, aku sadar... Dia punya pikiran kotor. Dengan pembantu perempuan, dia berani menggoda dan colek (maaf) "pantat". Aku juga pernah dipegang seperti itu olehnya ketika dia masih baru. 

Aduh... Aku marah tapi tak bisa bicara... Sampai malah dia berani seperti itu dengan pada murid. Bahkan ada orang tua murid yang melihat dia mau usap paha anak cowoknya dan menarik anaknya sebelum diperlakukan tidak pantas... Pegangan dan sentuhan tidak normal sering terlihat. Ia pun berusaha menutup - nutupi kejadian itu dengan hal lain. Sampai terakhir aku kerja di sana, masih terlihat sentuhan di "pantat" anak cowok olehnya tapi tidak sesering dulu.

I won't the rest of it here... Aku masih tahu betapa takutnya aku waktu itu. Karena satu kebetulan kami pernah satu angkot dan dia tahu di perumahan mana aku tinggal. Dan apa yang kulihat membuat aku takut pulang sebelum dia, dan juga memutuskan untuk ikut kembali konser paduan suara yang ujung-ujungnya buat aku drop secara kesehatan.

Apa aku sudah memaafkan dia? Well, benci ini tidak 100% menghilang... Tapi sudah jauh lebih baik daripada dulu... Anggaplah sudah 90% hilang... Aku sedang belajar mengendalikan perasaanku. Karena itu, aku tidak mau tulis semuanya. Capek, lho mengingat dan merasakan kembali apa yang terjadi.

Tapi, tokh saat ini aku sudah tidak memiliki perasaan dendam lagi seperti dulu. Dulu memang aku susah maafkan karena dia bikin aku ngerasa ketakutan hampir setiap hari. Tiap hari rasanya dulu takut ada apa - apa. Time has healed me. Kemarin saat aku melihatnya, aku takut merasakan apapun. Bukan bertemu, ya? Aku hanya sekedar lewat mantan tempat kerjaku. Tidak lebih dari itu. Bahkan perasaan marah yang dulu pernah kusimpan ke bosku sudah tidak terasa.

Tapi satu hal yang pasti, aku takut mau jadi naif. Dulu aku terlalu mudah percaya orang. Akhirnya, ketika aku dimanfaatkan aku mulai merasa tidak suka lagi. Memaafkan buatku masih sulit, tapi waktu nenyembuhkan aku. Suatu saat, perasaan itu akan bilang. Apa aku lupa? Tidak, aku tak mau lupa. Aku ingat untuk jadi bahan pembelajaran hidup yang sebenernya aku kurang suka. Aku benci mengatakan bahwa tidak semua orang itu baik, tapi itu seakan jadi fakta. Aku sendiri memutuskan tidak mau berurusan lagi dengan dia dan mantan bosku. Sudah cukup buat aku... Tapi, aku maafkan karena tanpa mereka, aku jadi orang yang lebih lemah secara mental.

Saat ini pun di tempat baru, aku merasakan apa yang namanya dihargai. Sudah berapa bulan rasanya sebelumnya, aku merasakan yang namanya "tidak dihargai" di tempat lama. Mentalku tak sekuat itu, hatiku dan kepalaku pun saat itu tidak rela sehingga aku nekat.

Aku rasa mantan bos sudah belajar dari pertengkaran kami. Berharapkah aku bertemu dia? Kadang masih... Untuk memaafkankah? Ya... Karena aku masih percaya dengan hatinya. Dia hanya begitu karena dia jatuh. Dia harus berubah... Aku juga... There are a lot of things that we had been through before. Aku tahu pertengkaran paling dramatis yang pernah aku alami adalah dengan mantan bos. Duh, andai mantan pacar mungkin masuk akal....Ini mantan bos lho. Sepertinya aku jadi terlalu banyak mengutarakan semuanya... This is me... My head many times will be full of many things, especially when I'm alone and write something from my heart. Some of us need it.

Lanjutan 5/2/2017 (ada yang aku hapus dulu)

Well, somehow forgiving someone will be hard sometimes. Aku masih mudah memaafkan kesalahan kecil. Tapi, saat aku terluka dalam oleh kata - kata orang, saat itulah aku marah besar. Tanganku bisa jadi gemetaran ketika aku marah. Apalagi medsos sekarang... Aduh banyak yang rasis, ya. Aku keturunan soalnya. Ga perlu aku sebut deh dari grup mana aja atau siapa aja. Mudah - mudahan yang baca cerita ini bukan orang seperti itu. 

Time will heal but only if you leave it behind. I'll tell you the truth that I'm still not able to fully forgive my ex boss. No matter how much I try to remember his kindness. There are many things which remind me about him. Ingatannya kadang masih bisa nyakitin perasaan soalnya. 

But, life goes on and I don't want my hate for him become an obstacle in moving on. 

Ada orang yang karena ngambek malah jadi ga bisa berkembang. Aku baru ngelihat kejadian itu soalnya. Dendam dan marah yang disimpan akhirnya ngeyel kayak anak kecil walau ngerugiin dirinya sendiri. Jangan seperti itu, ya teman - teman yang baca. Itu namanya kalian yang dihukum sama marahnya kalian.

Jadi, intinya adalah aku ga mau bilang kita salah kalau kita ga bisa memaafkan. Jangan anggap kita jahat kalau kita belum bisa memaafkan. It's OK if you are still not able to forgive. Cuma kita yang tahu luka seperti apa yang diberikan mereka. Tapi,...

Jangan lupa untuk tetap menjalankan hidup. Tetaplah berkembang, bersahabat dengan yang lain, lakukan kegiatan yang kamu suka. Jangan biarkan amarah menghentikan langkahmu.

Buat yang mau memaafkan, satu catatan dari aku. Memaafkan itu tidak harus ketemu dengan orang yang salah sama kita. Dia tidak perlu tahu juga. Kalau aku sih, ketemu lagi sama mantan bos juga ga mungkin. Yang penting kita memaafkan dia. 

Kalau masih sering bertemu, well bicarakan baik - baik jika memang ingin menjaga hubungan baik. Tapi, jika menurut kamu, dia tetap jadi 'toxic person', tinggalkanlah dia. Jangan berusaha mengubah dirinya. Dia belum tentu merasa bersalah. Hargai diri kalian juga, ya.

Forgiving someone may be hard at times. Tapi, jangan biarkan rasa benci, dendam, marahmu menjadi halangan dalam hidupmu. Satu hal lain, jangan doakan dirinya untuk celaka, ya. Biarlah karma bekerja sendiri. Ada tangan Tuhan yang akan mengurusnya.

Rabu, 11 Januari 2017

Free Online Donation by Clicking


Beberapa tahun lalu, kayaknya pas aku lagi ngerjain tugas kuliah atau skripsi, n research aku mulai nemuin beberapa website yang menyediakan "fasilitas" click to donate n itu gratis... Ada banyak sih dulu... Pas aku kerja jadi ghost writer n research buat nulis, aku masih usahain nyempetin untuk ngeclick di sana tiap hari. 1 hari sekali biasanya. Making banyak yang klik makin besar jumlah donasi yang bisa diberikan sponsor ke pihak yang membutuhkan...

So, perhaps di kesempatan ini... I think I'll share it here... Sorry cuma bisa kasih gambaran besar dan ga detail.

http://caretoclick.com/ tinggal klik di "cause" yg mau disupport
http://www.freekibble.com/ ada 3 yg bisa diklik. Tujuannya untuk ke animal shelters.
http://freerice.com/ ini kayak kuis, kalau bener kita bisa donasi sejumlah beras.
 https://greatergood.com/ di atas ada beberapa cause yang bisa diclick. Itu juga ngarah ke click to donate yang lain.
http://www.actuanimaux.com/a-parrainer. Klik di bawah binatang yang mau diselamatkan terus nanti diarahkan ke tempat untuk ngeclicknya. Click di "reste 5 clics" sebanyak 5 kali.

Well, paling tidak, itu yang bisa aku inget hari ini. Jangan minta aku copy paste langsung direct linknya ke "cause" tertentu, ya? Kalau copy paste satu - satu malah susah dan numpuk.

PS. Jangan tanya ke aku apakah websitenya dapat dipercaya atau tidak. Kadang pertanyaan kayak gitu malah cegah kita berbuat. Mungkin emang kadang terkesan buang waktu kalau "usaha" kecil kita ga sampai ke mereka. Kalau dulu aku cuma bilang sama diri sendiri kalau ini salah atau nipu, anggap saja yang aku lakukan adalah DOA untuk mereka. Jangan mikir negatif dulu. If you have time to do it, just do it.



Selasa, 10 Januari 2017

Music and Me

Without music, perhaps I'm not becoming what I am today. So thanks to.music.

Music has been a great part of my life. Sampai sekarang aku masih bersyukur kalau aku masih bisa kerja di passionnya aku. Dulu aku pernah ngerasain kerja kantoran dan marketing n emang ga sesuai sama passion aku. N ga tahu kenapa rasanya susah kerja kayak gitu. Tapi pas aku dapat kerjaan ngajar piano, everything was changed. I love it. Semua terasa jauh lebih mudah walaupun emang sebenernya tidak semudah Itu tapi emang jauh lebih mudah.

However, bukan berarti di musik aku ga pernah ngalamin yang namanya jatuh. I'm still not so confident about singing. Aku juga pernah kerja di sekolah musik yang bikin aku harus belajar kuatin mental n baru keluar dari sana. Apa aku waktu itu over PD dengan semua sehingga ambil keputusan harus nge-oppose bos aku? Well, I don't know tapi aku tahu waktu itu aku pikir dia harus belajar menghargai anak buahnya setelah memblokir kami dari mendapat murid baru. Padahal murid kami sudah ditarik dia terlebih dulu. Alasannya ketika ditanya ortu murid, kami ga efektif pas ngajar... But, sayang aku ga sebodoh itu juga... Ruangan aku dekat sama ruangan dia. N segala kemarahan terkumpul... I know I had to leave... Banyak sekolah musik lain yang membutuhkan guru saat itu dan lebih satu visi. So, aku ngelamar, keterima dan kerja di sana dengan mental yang jauh lebih sehat kalau mungkin secara keuangan aku jatuh tapi banyak hal baru yang aku dapat dari tempat kerja baru. Pertanyaan bodoh yang kuutarakan sama diri sendiri, kenapa ga dari dulu aku keluar? Well, aku emang bukan orang yang berani take big risk. Aku dulu sempet coba ngelamar ke tempat lain tapi it's too far from my home and my mother didn't agree.

This is a moment that I had to fall to wake up with a better me inside. Aku masih harus berjuang sendiri tanpa guru dulu saat ini. Bukan berarti aku ga butuh. Aku butuh, tapi kondisi keuangan saat ini belum mengijinkan aku punya guru reguler. However, God has blessed me. Kadang, aku dipaksa inget kalau aku belajar musik awal sendiri. Sebagian besar waktu aku ketemu musik, masih berjuang sendiri. Ada positif dan negatifnya n aku ikhlas terima. Aku pasti akan temukan apa yang aku butuhkan kalau mau usaha. Yah, kadang ada kursus gratis dari internet. Sometimes ada masterclass pasif yang bisa aku ikutin. Masterclass pasif buat aku bisa ngembangin pas ngajar. Ga semua orang berpendapat sama sih, tapi itu Yang aku dapat.

There are many things I have been grateful about in my achievements in music. But, I want to keep it in my heart and only for the one who know me and how far I have gone... I just think I don't want to be too proud of it. Well, if I have courage to post my performance in music, I'll do it. But, I'm still a person with my limitation and perhaps will make many mistakes. Kita cuma manusia biasa yang tak terlepas dari kesalahan. Lagian musik bisa menjadi suatu yang terlalu subjektif antara suka dan ga suka. Well, aku bakal nerima saran dan kritik tapi beda pendapat akan selalu terjadi. Aku berhak memutuskan bagaimana aku akan "memainkan" lagunya. I will choose how I want to play the songs. 

OK. This is the start of my blogging. And you may find lots of my thoughts, ideas, what I want to share. Ga melulu tentang musik. Sometimes I may be crazy or create something that won't be finished but... I think I have to write my thoughts again.