Sabtu, 28 Januari 2017

Aduh, Ketipu Invest Online... Sebuah Cerita




Percaya ga percaya, aku masih bersyukur mengalami kejadian ini.

Jumat malam tanggal 20 January 2017 (kalau ga salah) atau tanggal 19nya, aku diinvite oleh seorang perempuan, Facebook friend yang aku ga kenal, untuk gabung ke grupnya di Join Invest.
Aku pun gabung. Aku emang lagi cari pendapatan tambahan gara - gara jumlah murid turun drastis dan aku tak mau cari murid rumah yang memang tidak bisa stabil, entah itu soal jadwal dan kondisi rumah. Di satu sisi, tempat aku kerja kurang berkembang secara jumlah murid.
Waktu itu sebenernya aku antara percaya dan ga percaya ketika melihat bahwa uang yang diinvest itu dikembalikan beserta dengan bunganya. Misalnya nih, kita invest Rp. 100.000,00, uang akan kembali ke kita Rp. 125.000,00. Cepat, kok. Hanya sehari atau dia hari. Ada bukti transfer ke anggota pula. Plus bunganya. Sesaat aku pikir itu cuma modus, tapi kalau bener, aku butuh.
h
Aku banyak hapus demi menjaga rahasia saat ini.


Lalu, dia pun membuka satu investasi baru. Dia mau jualan perhiasan ceritanya. Terus butuh modal usaha. 1 slot harganya Rp. 100.000,00. Akhirnya aku pikir - pikir antara percaya ga percaya. Ada bukti transfer dari orang itu, lho. Sayang aku ga screenshot. Katanya bakal cair Rp. 120.000,00 per slotnya di hari Minggu. Karena sebelumnya udah ada bukti, aku percaya aja. Sabtu pagi aku mutusin transfer. Tadinya aku hampir ganti pesanan dari 2 slot jadi 5 slot. Tapi, aku mendadak ketakutan. Percaya deh, aku doa dulu sebelum transfer. Akhirnya kembali jadi 2 slot. Jadi aku transfer ke dia sebesar Rp. 200.000,00. Lalu aku inform ke dianya. Dia salah tulis nama aku. Jadi aku kira belum kedaftar padahal udah transfer.

Sabtu sore atau menjelang malam, aku mulai nunggu response dari yang katanya bakal dibalikin di hari tersebut. Sayang aku cuma ingat kalau foto yang terakhir dia pasang di grup itu foto dia bareng supplier. Setelah itu, aku mungkin keasyikan yang lain, main game kayaknya sampai subuh. Aku bingung pas ngecek grup, post yang dulu - dulu ga bisa dikomen... Waduh, gawat... Pos di atas itu aku usaha komen ga bisa, error. Aku lacak akun admin grup udah ga ada... Ga aman deh... Lalu, aku langsung bikin pos di sana dan bikin group chat dengan anggota para member grup.

Akhirnya kita berkumpul, mempertanyakan nasib uang kita. Beberapa di antara kita ada yang bayarnya di atas Rp. 1.000.000,00. Setelah dihitung total, orang itu berhasil mendapatkan hampir Rp 10.000.000,00 dari kami. Aku mungkin orang yang paling tenang dari semua. Tapi, tetap saja pagi - pagi, gara - gara itu, aku belum tidur, telepon BNI Call Center, untung diangkat pas hari Minggu jam 6 pagi pula. Aku lapor ke BNI bahwa aku tertipu bisnis investasi online oleh salah satu nasabah BNI yang berinisial IFY. Kami berdua memang nasabah BNI. Katanya aku harus bikin laporan ke polisi dulu dan ke BNI untuk blokir akun.

Saat aku mau pergi ke Polsek di Buahbatu, aku baca di group chat kalau kita para korban mau ngambil cara kekeluargaan. Jadi aku batal lapor ke polsek. Di sana juga ada cerita salah satu member yang tinggal dekat dengan tempat tinggal pemilik rekening, pergi ke rumahnya. Orang ini pun cerita kalau pemilik buku tabungan kebingungan. KTP dan ATMnya sudah hilang selama sebulan. Tapi, aku bingung karena cerita awal polisi tidak peduli sama laporan kehilangan dia, dan yang kedua ia tidak lapor sama polisi. Satu hal lain lagi, orang yang mengunjungi rumah pemilik rekening dari sebelum bertemu seakan memaksa kita untuk berpikir kalau itu ada orang yang pake identitas orang lain untuk nipu. Rasanya aneh, tapi kita ga berani bicara. Hanya bingung kenapa orang ini selalu membela pemilik rekening yang mengambil uang kami (dia tidak jadi korban karena dia bilang dia hanya nyimak). Bukankah harusnya dia mengerti kondisi kita sebagai korban? Kok dia selalu membela pemilik rekening yang ceroboh ga lapor polisi pas hilang dompet? 

Akhirnya denger curhatan para korban. Ada satu yang butuh untuk persediaan akhir bulan, yang lain harus balikin ke temennya karena pinjam uang, ada yang anaknya dirawat di rumah sakit. Anaknya yang satu sakit, tapi tahu - tahu tiga anaknya sakit semua. Gara - gara dengan ceritanya mereka, ya udah aku yang terakhir dibalikin juga ga apa - apa. Ga besar dibandingkan dengan yang lain juga kok.

Lalu, sehari kemudian, ketika pagi hari, si penyimak yang jadi member tapi tidak jadi korban mengakui kalau sebenarnya dia dalang dari semua itu. Dia meminjam identitas pemilik rekening untuk menipu kami. Katanya bapaknya sedang sakit. Dia mengakui nama aslinya, asal daerah, dan tempat bekerja.

Tiap hari beneran rasanya pasti ada yang pingin uangnya segera kembali. Itu wajar, kok. Apalagi kalau jumlahnya besar. Aku sih jadwal memang lumayan kosong, makanya mau kuisi sama menulis. Siapa tahu suatu saat bisa jadi penghasilan lagi. Pekerjaan aku soalnya freelancer guru musik. 

Tapi, ada saat di mana aku harus menjadi orang yang sangat bijak saat menghadapi situasi kayak gini. Semua orang adalah korban, termasuk pelakunya. Aku belajar menjadi empati dengan si pelakunya karena aku pun harus begitu saat aku menuliskan tentang tokoh antagonis dalam novel yang aku buat. Tokh, kalau si pelakunya didoakan jadi sial, nanti kita juga rugi, ga bisa dapat uang kita kembali.

Ada kerja sama yang baik antara member. Aku juga inget harus menjangkau semua korban, termasuk pelaku. Akhirnya keputusan mengirimkan nomor kontak Tzu Chi Jawa Timur ke pelaku adalah keputusan yang aku rasa terbaik. Tzu Chi adalah satu LSM yang aku percaya bisa membantu banyak orang yang membutuhkan. Harapan aku cuma kalau dia coba dan kalau dia jujur. Paling tidak dia sudah mengaku. Paling tidak, ia punya itikad baik untuk mengembalikan.

Dari kejadian ini, aku belajar satu hal yang dulu sempet aku pikir hilang. Aku dulu sempat bertanya sama diri sendiri kenapa ya susah jadi tulus? I was hurt that time by someone I cared. Kejadian ditipu invest online ini mengembalikan perasaan empati yang sempat hilang karena terluka waktu itu. Aku mikirin banyak orang gara - gara ini. Hampir lupa sama diri sendiri, tapi untungnya tidak lupa sama kondisi sendiri lagi.

Semoga aku bisa jadi lebih baik hatinya lagi. Begitu juga para korban dan pelaku. Pelaku juga korban kok... Semoga dia diberi kelancaran sehingga niat baiknya tercapai dan kami semua kembali mendapat hal kami. Paling tidak, sudah ada beberapa korban yang mendapat uang mereka kembali walau hanya dicicil. 

Mendoakan yang baik untuk orang yang bersalah kepada kita akan membantu kita memaafkan dan bukan tidak mungkin mendapat kebaikan. Kebaikan ini tidak hanya dari pihak yang bersalah, tapi juga orang lain, dan terutama dari Tuhan. Belajarlah untuk tidak menyumpahi orang yang salah kepada kita, tapi belajarlah berempati kepada mereka. Memang tidak mudah memaafkan saat kita terluka, tapi cobalah.

Dari setiap kejadian, ada hikmah tersembunyi di dalamnya. Itulah yang harus kita temukan secepatnya dalam menjalani hidup.

Rabu, 25 Januari 2017

Jakarta dan Aku



Aku lahir di Jakarta. Tapi, lebih dari separuh hidupku, aku berikan untuk tempat - tempat lain. Jakarta bagiku hanya tempat singgah ketika aku ingin berkumpul bersama keluarga besarku.

Apakah aku mencintai Jakarta? Tidak terlalu, tapi aku menghargai Jakarta. Bagaimanapun tidak sukanya aku terhadap kondisi Jakarta, itu tetap tempat aku lahir.
Jakarta memang penuh kemacetan, panas, dan airnya kurang bersih. Aku bukan orang yang senang hidup dengan gaya hidup Jakarta. Aku lebih suka menyantai di tempat yang tenang, daripada membayangkan harus hidup dengan kesibukan Jakarta.
Jakarta membuat aku tertekan. Aku akan akui itu. Terlalu banyak rasanya tuntutan ketika aku bekerja di sana. Entah dari para pelanggan tempat aku kerja, keluarga sendiri, dan saat itu aku memang bekerja bukan untuk passion aku.

Apakah ada sesuatu tentang Jakarta yang bisa aku hargai? Ada dan sederhana...
Kembali menjadi apa adanya aku, tanpa tuntutan...

Jakarta adalah tempat tinggal orang yang aku sayangi, nenekku atau kupanggil dengan Ema. Dulu, ada Engkong, tapi sudah meninggal bulan Desember. Sedih rasanya karena terakhir ketemu bulan Agustus akhir, awal September ada firasat itu hari terakhir. Cuma waktu itu aku ga peduli. Di rumah tempat ia tinggallah, kamu semua berkumpul dengan yang lain. Keluarga adalah rumah, tempat kami berkumpul, apapun alasannya.

Hal lain yang aku suka dari Jakarta adalah makanan khas Jakarta. Ketoprak dan rujak Shanghai Glodok adalah makanan favoritku. Susah mencari rujak shanghai di tempat lain. Aku suka campuran kangkung, ubur - ubur, ebi dan saus asam manisnya. Ketoprak tentu lebih familiar. Bihun dengan saus kacang, ditambah mentimun dan kadang ada tauge. Aku lebih suka kalau saus kacangnya diberi bumbu bawang putih bubuk atau bawang putih yang diulek dengan saus kacang.

Aku masih menghargai kebudayaan Betawi seperti Ondel- Ondel. Sayang, aku belum pernah menontonnya. Aku hanya pernah menyanyikan lagu Ondel - Ondel dengan teman - teman di paduan suara. Aku pun masih penasaran dengan Kota Tua. Aku hanya ke sana sekali. Cuma bisa inget dibonceng naik sepeda dan berkeliling. Aku sudah lupa persisnya seperti apa.

By the way, aku bukanlah tipikal orang yang senang terlalu banyak ke mall. Belakangan ini aku sadar, rasanya "It's not me." Walaupun sebenarnya aku merasa Jakarta sekarang identik dengan mall - mall besar. Aku bukan tipikal orang yang senang dengan gaya hidup seperti itu. Buat aku saat ini, itu terkesan hanya untuk menghibur diri sendiri, sesaat, dan tidak memberikan manfaat untukku. Well, tapi tidak semua berpikiran begitu, ya. Ada orang yang kerja dengan penuh dengan tekanan, sehingga ia harus memilih gaya hidup yang "tampak boros" untuk menenangkan tekanan kerjanya atau dalam berhubungan sosial. Aku merasa gaya hidup seperti itu bukanlah untukku. Biasanya aku akan merasa tidak nyaman kalau terlalu banyak seperti itu.

Bagaimanapun Jakarta dan apapun yang akan terjadi di sana, ia tetap kampung halamanku. Oleh karena itu, aku masih menghargainya dengan segala kekurangan yang ada pada dirinya.


Kamis, 19 Januari 2017

Once I Fell



I know I fell. Now, I'm falling because of leaving my past job. I disagreed with my boss and everything that happened during working there was giving me hell. It wasn't easy living and realizing that I became someone I didn't want to be when I was there.

Yah... Dulu gampang banget aku marah, gampang banget tersinggung. Aku tertekan secara mental karena tidak merasa dihargai. That's why I was preparing to leave after being hired by another school music. Was it easy? No, I think it's harder and I have to find another job but I don't want to leave this job. Am I struggling? Yes. But, mentally I am healthier than I was. It's easy for to forgive. I had been treated bad before and then I became stronger.

So, although it is harder than before, I start to think the positive things I have right now. I'm still teaching piano. I still have some students. Well, and I'm still lucky enough to find beautiful and wonderful moments.

Being grateful is the thing I missed some months ago. I couldn't remember that I'm still blessed by having job with good income although mentally I fell. Because I know there are.some people who needs job. Am I regretting about leaving it? Sometimes yes but not much. There are things I still can do and I have time to do it now. Still, I pray that I don't have to do that but somehow I start to like it. But, I wish God would bless me about it. There was a novel I want to publish. But, I haven't finished it as a novel. I just finished it as a short story. Now perhaps, I have time to do that and not only focus in my current job.

Sometimes, I hate myself because the only thing popped into my mind is about me. I just want to share anything else. About music? It's still not in my mind in a complete article. Others? Well, I want to be sure that everything I share will be good for others.

But I do want to tell others to keep that grateful heart within bad times. We can't change our past. It's OK to regret but don't let it make your fall. Try to find many ways. I still try to find the right one for me. Don't forget to pray. It will help you one day.

PS. One of my weakness is if I write about what is in my heart, I will use English. Maaf, ya. Ini kekurangan aku. Entah kenapa jadi kayak gitu. Les Bahasa Inggris aja ga pernah... Bahkan cerita yang pingin kupublish itu pake bahasa Inggris dulu. Berabe sih... Jadi lebih suka ulang dengan berbagai hal baru yang dipelajari. N maaf kalau bahasa Inggrisnya tidak sempurna. Ga pernah les TOEFL atau sejenisnya.


Minggu, 15 Januari 2017

Forgiving Someone

Aku sebenarnya mudah memaafkan orang... Dulu aku pikir seperti itu... Tapi, suatu saat ketika ada orang yang membuat aku marah dan trauma, itu jadi berbeda. Memaafkan ternyata tidak semudah itu, ya? Padahal aku masih teringat betapa polosnya aku dulu ketika ada acara bedah buku dengan Tzu Chi dan membahas bahwa ketika kita memaafkan, kita membantu diri kita sendiri. Semua itu seakan tidak berpengaruh lagi. Tapi, aku ternyata salah...

Aku dulu pernah bekerja bareng dengan seorang bapak tua. Anggap usianya 50 tahun. Dia bekerja sebagai front office. Tampak aneh? Well, aku tahu seperti apa bosku waktu itu, so aku mengerti kenapa dia pun menjadi salah satu dari orang yang aku sulit maafkan. Aku dulu tidak berpikir macam - macam sampai suatu hari, aku sadar... Dia punya pikiran kotor. Dengan pembantu perempuan, dia berani menggoda dan colek (maaf) "pantat". Aku juga pernah dipegang seperti itu olehnya ketika dia masih baru. 

Aduh... Aku marah tapi tak bisa bicara... Sampai malah dia berani seperti itu dengan pada murid. Bahkan ada orang tua murid yang melihat dia mau usap paha anak cowoknya dan menarik anaknya sebelum diperlakukan tidak pantas... Pegangan dan sentuhan tidak normal sering terlihat. Ia pun berusaha menutup - nutupi kejadian itu dengan hal lain. Sampai terakhir aku kerja di sana, masih terlihat sentuhan di "pantat" anak cowok olehnya tapi tidak sesering dulu.

I won't the rest of it here... Aku masih tahu betapa takutnya aku waktu itu. Karena satu kebetulan kami pernah satu angkot dan dia tahu di perumahan mana aku tinggal. Dan apa yang kulihat membuat aku takut pulang sebelum dia, dan juga memutuskan untuk ikut kembali konser paduan suara yang ujung-ujungnya buat aku drop secara kesehatan.

Apa aku sudah memaafkan dia? Well, benci ini tidak 100% menghilang... Tapi sudah jauh lebih baik daripada dulu... Anggaplah sudah 90% hilang... Aku sedang belajar mengendalikan perasaanku. Karena itu, aku tidak mau tulis semuanya. Capek, lho mengingat dan merasakan kembali apa yang terjadi.

Tapi, tokh saat ini aku sudah tidak memiliki perasaan dendam lagi seperti dulu. Dulu memang aku susah maafkan karena dia bikin aku ngerasa ketakutan hampir setiap hari. Tiap hari rasanya dulu takut ada apa - apa. Time has healed me. Kemarin saat aku melihatnya, aku takut merasakan apapun. Bukan bertemu, ya? Aku hanya sekedar lewat mantan tempat kerjaku. Tidak lebih dari itu. Bahkan perasaan marah yang dulu pernah kusimpan ke bosku sudah tidak terasa.

Tapi satu hal yang pasti, aku takut mau jadi naif. Dulu aku terlalu mudah percaya orang. Akhirnya, ketika aku dimanfaatkan aku mulai merasa tidak suka lagi. Memaafkan buatku masih sulit, tapi waktu nenyembuhkan aku. Suatu saat, perasaan itu akan bilang. Apa aku lupa? Tidak, aku tak mau lupa. Aku ingat untuk jadi bahan pembelajaran hidup yang sebenernya aku kurang suka. Aku benci mengatakan bahwa tidak semua orang itu baik, tapi itu seakan jadi fakta. Aku sendiri memutuskan tidak mau berurusan lagi dengan dia dan mantan bosku. Sudah cukup buat aku... Tapi, aku maafkan karena tanpa mereka, aku jadi orang yang lebih lemah secara mental.

Saat ini pun di tempat baru, aku merasakan apa yang namanya dihargai. Sudah berapa bulan rasanya sebelumnya, aku merasakan yang namanya "tidak dihargai" di tempat lama. Mentalku tak sekuat itu, hatiku dan kepalaku pun saat itu tidak rela sehingga aku nekat.

Aku rasa mantan bos sudah belajar dari pertengkaran kami. Berharapkah aku bertemu dia? Kadang masih... Untuk memaafkankah? Ya... Karena aku masih percaya dengan hatinya. Dia hanya begitu karena dia jatuh. Dia harus berubah... Aku juga... There are a lot of things that we had been through before. Aku tahu pertengkaran paling dramatis yang pernah aku alami adalah dengan mantan bos. Duh, andai mantan pacar mungkin masuk akal....Ini mantan bos lho. Sepertinya aku jadi terlalu banyak mengutarakan semuanya... This is me... My head many times will be full of many things, especially when I'm alone and write something from my heart. Some of us need it.

Lanjutan 5/2/2017 (ada yang aku hapus dulu)

Well, somehow forgiving someone will be hard sometimes. Aku masih mudah memaafkan kesalahan kecil. Tapi, saat aku terluka dalam oleh kata - kata orang, saat itulah aku marah besar. Tanganku bisa jadi gemetaran ketika aku marah. Apalagi medsos sekarang... Aduh banyak yang rasis, ya. Aku keturunan soalnya. Ga perlu aku sebut deh dari grup mana aja atau siapa aja. Mudah - mudahan yang baca cerita ini bukan orang seperti itu. 

Time will heal but only if you leave it behind. I'll tell you the truth that I'm still not able to fully forgive my ex boss. No matter how much I try to remember his kindness. There are many things which remind me about him. Ingatannya kadang masih bisa nyakitin perasaan soalnya. 

But, life goes on and I don't want my hate for him become an obstacle in moving on. 

Ada orang yang karena ngambek malah jadi ga bisa berkembang. Aku baru ngelihat kejadian itu soalnya. Dendam dan marah yang disimpan akhirnya ngeyel kayak anak kecil walau ngerugiin dirinya sendiri. Jangan seperti itu, ya teman - teman yang baca. Itu namanya kalian yang dihukum sama marahnya kalian.

Jadi, intinya adalah aku ga mau bilang kita salah kalau kita ga bisa memaafkan. Jangan anggap kita jahat kalau kita belum bisa memaafkan. It's OK if you are still not able to forgive. Cuma kita yang tahu luka seperti apa yang diberikan mereka. Tapi,...

Jangan lupa untuk tetap menjalankan hidup. Tetaplah berkembang, bersahabat dengan yang lain, lakukan kegiatan yang kamu suka. Jangan biarkan amarah menghentikan langkahmu.

Buat yang mau memaafkan, satu catatan dari aku. Memaafkan itu tidak harus ketemu dengan orang yang salah sama kita. Dia tidak perlu tahu juga. Kalau aku sih, ketemu lagi sama mantan bos juga ga mungkin. Yang penting kita memaafkan dia. 

Kalau masih sering bertemu, well bicarakan baik - baik jika memang ingin menjaga hubungan baik. Tapi, jika menurut kamu, dia tetap jadi 'toxic person', tinggalkanlah dia. Jangan berusaha mengubah dirinya. Dia belum tentu merasa bersalah. Hargai diri kalian juga, ya.

Forgiving someone may be hard at times. Tapi, jangan biarkan rasa benci, dendam, marahmu menjadi halangan dalam hidupmu. Satu hal lain, jangan doakan dirinya untuk celaka, ya. Biarlah karma bekerja sendiri. Ada tangan Tuhan yang akan mengurusnya.

Rabu, 11 Januari 2017

Free Online Donation by Clicking


Beberapa tahun lalu, kayaknya pas aku lagi ngerjain tugas kuliah atau skripsi, n research aku mulai nemuin beberapa website yang menyediakan "fasilitas" click to donate n itu gratis... Ada banyak sih dulu... Pas aku kerja jadi ghost writer n research buat nulis, aku masih usahain nyempetin untuk ngeclick di sana tiap hari. 1 hari sekali biasanya. Making banyak yang klik makin besar jumlah donasi yang bisa diberikan sponsor ke pihak yang membutuhkan...

So, perhaps di kesempatan ini... I think I'll share it here... Sorry cuma bisa kasih gambaran besar dan ga detail.

http://caretoclick.com/ tinggal klik di "cause" yg mau disupport
http://www.freekibble.com/ ada 3 yg bisa diklik. Tujuannya untuk ke animal shelters.
http://freerice.com/ ini kayak kuis, kalau bener kita bisa donasi sejumlah beras.
 https://greatergood.com/ di atas ada beberapa cause yang bisa diclick. Itu juga ngarah ke click to donate yang lain.
http://www.actuanimaux.com/a-parrainer. Klik di bawah binatang yang mau diselamatkan terus nanti diarahkan ke tempat untuk ngeclicknya. Click di "reste 5 clics" sebanyak 5 kali.

Well, paling tidak, itu yang bisa aku inget hari ini. Jangan minta aku copy paste langsung direct linknya ke "cause" tertentu, ya? Kalau copy paste satu - satu malah susah dan numpuk.

PS. Jangan tanya ke aku apakah websitenya dapat dipercaya atau tidak. Kadang pertanyaan kayak gitu malah cegah kita berbuat. Mungkin emang kadang terkesan buang waktu kalau "usaha" kecil kita ga sampai ke mereka. Kalau dulu aku cuma bilang sama diri sendiri kalau ini salah atau nipu, anggap saja yang aku lakukan adalah DOA untuk mereka. Jangan mikir negatif dulu. If you have time to do it, just do it.



Selasa, 10 Januari 2017

Music and Me

Without music, perhaps I'm not becoming what I am today. So thanks to.music.

Music has been a great part of my life. Sampai sekarang aku masih bersyukur kalau aku masih bisa kerja di passionnya aku. Dulu aku pernah ngerasain kerja kantoran dan marketing n emang ga sesuai sama passion aku. N ga tahu kenapa rasanya susah kerja kayak gitu. Tapi pas aku dapat kerjaan ngajar piano, everything was changed. I love it. Semua terasa jauh lebih mudah walaupun emang sebenernya tidak semudah Itu tapi emang jauh lebih mudah.

However, bukan berarti di musik aku ga pernah ngalamin yang namanya jatuh. I'm still not so confident about singing. Aku juga pernah kerja di sekolah musik yang bikin aku harus belajar kuatin mental n baru keluar dari sana. Apa aku waktu itu over PD dengan semua sehingga ambil keputusan harus nge-oppose bos aku? Well, I don't know tapi aku tahu waktu itu aku pikir dia harus belajar menghargai anak buahnya setelah memblokir kami dari mendapat murid baru. Padahal murid kami sudah ditarik dia terlebih dulu. Alasannya ketika ditanya ortu murid, kami ga efektif pas ngajar... But, sayang aku ga sebodoh itu juga... Ruangan aku dekat sama ruangan dia. N segala kemarahan terkumpul... I know I had to leave... Banyak sekolah musik lain yang membutuhkan guru saat itu dan lebih satu visi. So, aku ngelamar, keterima dan kerja di sana dengan mental yang jauh lebih sehat kalau mungkin secara keuangan aku jatuh tapi banyak hal baru yang aku dapat dari tempat kerja baru. Pertanyaan bodoh yang kuutarakan sama diri sendiri, kenapa ga dari dulu aku keluar? Well, aku emang bukan orang yang berani take big risk. Aku dulu sempet coba ngelamar ke tempat lain tapi it's too far from my home and my mother didn't agree.

This is a moment that I had to fall to wake up with a better me inside. Aku masih harus berjuang sendiri tanpa guru dulu saat ini. Bukan berarti aku ga butuh. Aku butuh, tapi kondisi keuangan saat ini belum mengijinkan aku punya guru reguler. However, God has blessed me. Kadang, aku dipaksa inget kalau aku belajar musik awal sendiri. Sebagian besar waktu aku ketemu musik, masih berjuang sendiri. Ada positif dan negatifnya n aku ikhlas terima. Aku pasti akan temukan apa yang aku butuhkan kalau mau usaha. Yah, kadang ada kursus gratis dari internet. Sometimes ada masterclass pasif yang bisa aku ikutin. Masterclass pasif buat aku bisa ngembangin pas ngajar. Ga semua orang berpendapat sama sih, tapi itu Yang aku dapat.

There are many things I have been grateful about in my achievements in music. But, I want to keep it in my heart and only for the one who know me and how far I have gone... I just think I don't want to be too proud of it. Well, if I have courage to post my performance in music, I'll do it. But, I'm still a person with my limitation and perhaps will make many mistakes. Kita cuma manusia biasa yang tak terlepas dari kesalahan. Lagian musik bisa menjadi suatu yang terlalu subjektif antara suka dan ga suka. Well, aku bakal nerima saran dan kritik tapi beda pendapat akan selalu terjadi. Aku berhak memutuskan bagaimana aku akan "memainkan" lagunya. I will choose how I want to play the songs. 

OK. This is the start of my blogging. And you may find lots of my thoughts, ideas, what I want to share. Ga melulu tentang musik. Sometimes I may be crazy or create something that won't be finished but... I think I have to write my thoughts again.