Rabu, 25 Januari 2017

Jakarta dan Aku



Aku lahir di Jakarta. Tapi, lebih dari separuh hidupku, aku berikan untuk tempat - tempat lain. Jakarta bagiku hanya tempat singgah ketika aku ingin berkumpul bersama keluarga besarku.

Apakah aku mencintai Jakarta? Tidak terlalu, tapi aku menghargai Jakarta. Bagaimanapun tidak sukanya aku terhadap kondisi Jakarta, itu tetap tempat aku lahir.
Jakarta memang penuh kemacetan, panas, dan airnya kurang bersih. Aku bukan orang yang senang hidup dengan gaya hidup Jakarta. Aku lebih suka menyantai di tempat yang tenang, daripada membayangkan harus hidup dengan kesibukan Jakarta.
Jakarta membuat aku tertekan. Aku akan akui itu. Terlalu banyak rasanya tuntutan ketika aku bekerja di sana. Entah dari para pelanggan tempat aku kerja, keluarga sendiri, dan saat itu aku memang bekerja bukan untuk passion aku.

Apakah ada sesuatu tentang Jakarta yang bisa aku hargai? Ada dan sederhana...
Kembali menjadi apa adanya aku, tanpa tuntutan...

Jakarta adalah tempat tinggal orang yang aku sayangi, nenekku atau kupanggil dengan Ema. Dulu, ada Engkong, tapi sudah meninggal bulan Desember. Sedih rasanya karena terakhir ketemu bulan Agustus akhir, awal September ada firasat itu hari terakhir. Cuma waktu itu aku ga peduli. Di rumah tempat ia tinggallah, kamu semua berkumpul dengan yang lain. Keluarga adalah rumah, tempat kami berkumpul, apapun alasannya.

Hal lain yang aku suka dari Jakarta adalah makanan khas Jakarta. Ketoprak dan rujak Shanghai Glodok adalah makanan favoritku. Susah mencari rujak shanghai di tempat lain. Aku suka campuran kangkung, ubur - ubur, ebi dan saus asam manisnya. Ketoprak tentu lebih familiar. Bihun dengan saus kacang, ditambah mentimun dan kadang ada tauge. Aku lebih suka kalau saus kacangnya diberi bumbu bawang putih bubuk atau bawang putih yang diulek dengan saus kacang.

Aku masih menghargai kebudayaan Betawi seperti Ondel- Ondel. Sayang, aku belum pernah menontonnya. Aku hanya pernah menyanyikan lagu Ondel - Ondel dengan teman - teman di paduan suara. Aku pun masih penasaran dengan Kota Tua. Aku hanya ke sana sekali. Cuma bisa inget dibonceng naik sepeda dan berkeliling. Aku sudah lupa persisnya seperti apa.

By the way, aku bukanlah tipikal orang yang senang terlalu banyak ke mall. Belakangan ini aku sadar, rasanya "It's not me." Walaupun sebenarnya aku merasa Jakarta sekarang identik dengan mall - mall besar. Aku bukan tipikal orang yang senang dengan gaya hidup seperti itu. Buat aku saat ini, itu terkesan hanya untuk menghibur diri sendiri, sesaat, dan tidak memberikan manfaat untukku. Well, tapi tidak semua berpikiran begitu, ya. Ada orang yang kerja dengan penuh dengan tekanan, sehingga ia harus memilih gaya hidup yang "tampak boros" untuk menenangkan tekanan kerjanya atau dalam berhubungan sosial. Aku merasa gaya hidup seperti itu bukanlah untukku. Biasanya aku akan merasa tidak nyaman kalau terlalu banyak seperti itu.

Bagaimanapun Jakarta dan apapun yang akan terjadi di sana, ia tetap kampung halamanku. Oleh karena itu, aku masih menghargainya dengan segala kekurangan yang ada pada dirinya.


2 komentar:

  1. Sy Pernah dl jakarta tidak lebih dari setahun akhirnya *lambaibenderaputiih*
    .
    .
    Menyeraaaah hihi

    BalasHapus
  2. Aku juga kayaknya nyerah kalau harus tinggal di sana.

    Ga kuat mental...

    BalasHapus